Tuesday, July 31, 2018

DUL KEMIT THE SERIES 74

DUL KEMIT THE SERIES 74
Dul Kemit Curang, 70% Pendukungnya Hengkang



Sejak konflik Dul Kemit dengan guru-guru mencuat sampai ke PHI dan dimenangkan guru-guru, borok dan kecurangan Dul Kemit semakin terkuak. Akibatnya banyak pendukung yang hengkang meninggalkannya.
Tak tanggung-tanggung, sekitar 70% donatur yang berhenti, menyetop donasinya kepada pesantren Dul Kemit. Jumlah yang sangat signifikan. Banyak dari mereka, baik grass root maupun pentolan koordinator tak percaya lagi kepada Dul Kemit.
Mereka tahu bagaimana Dul Kemit menumpuk harta, proteksi kepada keluaga. Bahkan keserakahannya untuk menggagahi pesantren sebagai miliknya pun sudah mengisu panas di kalangan mereka.
Selain dari kelakuan Dul Kemit, yang membuat mereka tak lagi mendukung adalah perilaku anak sulungnya, Gus Memet. Anak yang digadang-gadang menjadi pangeran pesantren pewaris singgasana perkyaian ini cidra, tuna, cacat di mata mereka.
Satu yang paling mencolok adalah suka main perempuan. SUKA KAWIN. Di saat para pendukung bertungkus lumus mencari setoran, ibaratnya kepala dipakai kaki dan kaki dipakai kepala, tak mengenal waktu, eh…. dianya justru bersenang-senang bersama empat istrinya.
Informasi dari berbagai sumber membuat mata mereka mampu melihat, telinga mereka mampu mendengar, dan hati mereka mampu merasa. Fakta ini menjadi bumerang. Mereka tahu akal belut dan akal kobra, alias akal berbisanya Dul Kemit.
Mereka sudah banyak yang sadar. Pendukung pun hengkang. Dampaknya, pemasukan dana ke pesantren Dul Kemit berkurang. Para koordinator tingkat propinsi, kalau partai semacam DPD, tak lagi bisa mengandalkan donasi dari anggota terstrukturnya.
Untuk mengatasi berkurangnya income, mereka, para coordinator, beralih haluan dengan membentuk yayasan anak yatim. Dengan yayasan tersebut, mereka mengumpulkann donasi dari para dermawan di luar anggota donatur terstruktur.
***
Banyak kisah pilu yang dialami oleh pendukung Dul Kemit. Seorang alumni menceritakan dan mengeluhkan bagaimana kekejaman manajemen Dul Kemit. Ayahnya adalah pengikut yang taat. Sesuai dengan keahliannya, dia ditugaskan sebagai pengemudi mobil pesantren.
Tugas harianya adalah mengantar pengurus atau petugas khusus pesantren ke suatu tempat yang dihajatkan karena suatu urusan. Saat sedang mengemudi, kejadian naas menimpanya. Ia mengalami kecelakaan yang cukup parah.
Dalam kecelakaan itu, ia selamat. Namun, mobilnya rinsek, tak berbentuk. Anehnya, ia bukannya mendapat perlindungan dan kesejahteraan, seperti bpjs atau santunan sejenisnya, justru ia diskors dari tugasnya. Masya Allah, teganya.
Yang berikut ini lain lagi ceritanya. Ia seorang koordinator tingkat wilayah di Jawa. Ia bersama pimpinannya sedang bermusyawarah membahas program. Agenda pembahasannya adalah penggalangan dana.
Sebagai prolog dan arahan, sang ketua menyampaikan program yang hendak digulirkan. Yakni Pengajuan proposal dan mengamplop melalui yayasan yang dibentuknya sebagai alibinya. Karena dianggap tidak mendidik, maka sang koordinator menolak.
Dengan bahasa yang disusun sedemikian rupa ia menyampaikan argumen penolakan. Sebagai solusi penolakannya ia menyampaikan usulan. Namun, sang ketua kordinator tidak terima dan dengan emosi mengusir koordinator tersebut.
***
Kisah pilu selanjutnya datang dari seorang anak dara. Ayahnya seorang pengusaha. Awalnya usahanya lumayan sukses, lancar. Omset per harinya cukup besar, mencapai jutaan per hari dan puluhan juta per bulan.
Sejak ayahnya bergabung menjadi donatur pesantren Dul Kemit, tidak lagi bisa konsen terhadap niaganya. Sebagai koordinator, ia dipecut untuk bisa mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya. Akibatnya bisnis satu-satunya terbengkelai.
Selain itu, koordinator atasannya selalu datang menagih donasi. Mau tak mau uang modal dijadikan setoran. Mula-mula tak terasa. Lama kelamaan, modal habis dan usaha dagangnya mandeg, tak bisa operasional.
Di saat pailit, ujian Allah datang. Ia sakit parah sehingga tak bisa lagi beraktifitas apalagi menyetorkan donasi. Setiap koordinator datang menagih donasi, ia tak bisa memberi. Jangankan beraktifitas, membawa dirinya sendiri saja tidak bisa.
Dalam kondisi yang mengenaskan itu, bukannya ia dibantu biar bangkit, tetapi justru ditinggalkan dan dijauhi. Yang lebih menyakitkan lagi, ia dibilang kaslan. Tak ada satu pun koordinator atasannya yang datang menjenguknya hingga ia meninggal dunia.
Padahal biasanya datang tiap hari. Masya Allah, tega nian.
Beda lagi dengan cerita kang Encep. Ia bertemu eks bammaser, asal kediri adiknya bammaser Jawa Timur. Sekarang ia terbelit hutang karena program bammas yang mencekik kehidupannya. Hari-hari ia mencari setoran bammas.
Sampai-sampai tak sempat memikirkan biaya pendidikan anaknya sendiri. Akibatnya, hutang pendidikan anaknya melangit. Dalam kondisi sekarang, tidak mungkin ia bisa membayarnya. Dia mengeluhkan pimpinannya yang tidak memedulikannya.
Apalagi tahu Dul Kemit dan keluarganya hidup mewah bergelimangan rupiah. Sakiiiit hati.
Bahkan banyak kejadian yang sangat memprihatinkan di kalangan kordinator level bawah. Ada yang anak istrinya terlantar termasuk adik eks bammaser dari Kediri, kordinator Magetan.
Karena ketidakberdayaannya, anak-anaknya terpaksa diasuh oleh orangtuanya. Ekstrimnya, dititipkan kepada kakek-neneknya karena ayahnya sebagai penanggung jawab bammas harus jualan asongan dan jarang pulang.
Sementara ketua koordinator tingkat propinsi hidupnya berkecukupan. Bahkan mereka bagaikan raja-raja kecil bawahan Dul Kemit. Miris melihatnya.
Masihkah gak percaya….?
***

Sumber : Klik di sini

DUL KEMIT THE SERIES 73

DUL KEMIT THE SERIES 73
Sensasi atau Stress…?


Kholif tu’rof, nyelenehlah maka akan dikenal. Adagium ini sering digaungkan oleh Dul Kemit. Tak heran ia sering menggulirkan statement maupun perbuatan yang nyeleneh. Kenyelenehan yang paling anyar adalah fatwa menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza.
Lagu ini digubah oleh komponis beken di masa perjuangan, W.R. Supratman, terdiri dari tiga stanza. Syairnya berisi tentang nasionalisme dan ikatan kebangsaan. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po.
Sementara Indonesia Raya pertama dinyanyikan pada Kongres Pemuda II di Batavia, 28 Oktober 1928. Pertemuan tersebut melahirkan deklarasi pemuda, yang kemudian dikenal sebagai sumpah pemuda.
Selanjutnya Indonesia Raya (stanza pertama) dikomandangkan kembali ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Stanza pertama dari Indonesia Raya inilah dipilih sebagai lagu kebangsaan.
Sejak itu, hanya satu stanza Indonesia Raya yang dinyanyikan hingga sekarang. Karena itu, dalam kurun waktu tujuh dekade-an, masyarakat banyak yang tidak tahu tentang tiga stanza Indonesia Raya tersebut, terutama generasi muda, generasi pasca kemerdekaan.
Indonesia Raya tiga stanza memiliki makna yang dalam bagi bangsa. Di dalamnya tersurat dan tersirat cita-cita luhur, kondisi bangsa dan negara yang diinginkan. Maka tak heran jika lagu tersebut mampu menjadi pemersatu dan penyemangat perjuangan kemerdekaan di masa itu.
Agar masyarakat memahami hal tersebut, perlu dilakukan sosialisasi atau pengenalan tiga stanza Indonesia Raya secara wajar, seperti di sekolah, di kampus, maupun di kantor pemerintahan. Dengan sosialisasi tiga stanza Indonesia raya masyarakat bisa menghayati lebih dalam.
Namun, akan menjadi aneh bila pengenalan tiga stanza tersebut dilakukan di waktu dan tempat yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Dul Kemit. Di mana anehnya….?
***
Lagu kebangsaan itu lazimnya dinyanyikan pada upacara bendera, acara kenegaraan, dan acara-acara resmi lainnya. Namun entah apa yang ada di benak Dul Kemit, ia menyuruh pengikut dan pendukung setianya untuk menyanyikan tiga stanza Indonesia Raya pada acara pernikahan.
Tak ayal perintah Dul Kemit ini langsung di-accept oleh pengikut mindednya tanpa pikir panjang. Berita tersebut menjadi trend baru di kalangan taqlider. Mereka sangat bangga bisa menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza. Tak segan mereka pamerkan seperti anak kecil yang dibelikan sepeda baru.
Berita tentang menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza di acara pernikahan menjadi hit dan ramai dibicarakan orang, baik offline maupun online. Banyak media masa yang menyajikan berita tersebut, juga bertebaran status di akun medsos yang menggosip Indonesia Raya tiga stanza di pesta pernikahan.
Dalam sebuah video yang diunggah ke youtube menunjukkan bagaimana semangat mereka menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza. Seorang dirijen berpakaian rapi, berjas dan berdasi memandu dan menuntun dengan birama yang heroik.
Sementara belasan gadis remaja berbusana seragam, bawahan dan blazer hitam berkerudung merah berbaris menjadi pagar betis. Di belakang mereka, berdiri barisan hadirin dari handai taulan maupun kolega. Tak kalah smart. Meraka pun rapih dan necis.
Sang dirijen menari-narikan kedua tangannya menuntun hadirin menyanyikan Indonesia Raya sesuai dengan melodi dan ritmenya. Gerakannya ke bawah, ke kanan, ke kiri, dan ke atas, layaknya pemimpin konser professional sedang berlaga, Ireng Maulana.
Bagi taqlider, bisa menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza dalam recepsi pernikahan merupakan prestise tersendiri. Ada nilai khusus dari Dul Kemit. Ia akan megangguk-angguk ketika mendapat laporan dari demang-demang setianya. Pujian pun akan mengalir dari mulut sang tuan tinggi, kyai Dul Kemit.
Titah Dul Kemit menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza tidak saja di acara pesta pernikahan tetapi juga di awal mulai kerja. Aneh bukan….? Tetapi itulah yang terjadi. Lebih aneh lagi ia memberi fatwa kepada ibu hamil untuk menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza.
Entah misi apa yang hendak dicapai oleh Dul Kemit sehingga ibu hamil disuruh menyanyikan lagu kebangsaan tersebut. Apakah biar dibilang patriotis dan jiwa nasionalismenya tinggi. Atau, bikin sensasi biar dikenal masyarakat luas dan dibilang hebat. Hanya Dul Kemit yang tahu.
Atau…, bisa jadi seperti Bokir dalam sebuah film. Dalam film itu Bokir berlagak sebagai komandan pasukan dan pelatih. Dengan sikap tegas, dia melatih baris berbaris kepada anggota baru. Anggota pun mengikuti perintah dan arahannya yang kadang aneh dan nyeleneh.
Namun karena sebagai anggota yang harus taat pada pimpinan atau senior, sekalipun hatinya berontak mereka pun menurut. Eh….setelah berjalan sekian waktu, ternyata sang komandan adalah ORANG GILA yang kabur dari RSJ.
Mungkinkah perintah menyanyikan Indonesia Raya tiga stanza di acara pernikahan, awal kerja dan ibu hamil itu seperti aksi Bokir dalam film tersebut....?

Sumber : klik di sini

DUL KEMIT THE SERIES 72

DUL KEMIT THE SERIES 72
Kiat Dul Kemit Cari Duit Untuk Kursi Elit



Dul Kemit memang gesit soal cari duit. Seolah sudah banyak ide yang ditampung sebagai bibit. Karena itu ia selalu bilang soal uang kecil…. cuprit.
Menghadapi keperluan dana yang harus ia penuhi, Dul Kemit mempunyai strategi tersendiri. Setidaknya ia membutuhkan dana besar untuk dua hal. Pertama, untuk membayar pesangon ratusan guru yang dipecat semena-mena. Kedua, dana untuk nyaleg tiga anaknya yang kelak menjadi pewaris singgasana.
Dul Kemit memang kemaruk jabatan dan kekuasaan. Karena itu ambisinya untuk duduk di kursi elit seakan tak ada redanya. Pada pileg, pilihan legislatif, sebelumnya, ia menyodorkan dua anaknya dan beberapa orang civitas pesantren lainya.
Berbagai langkah dan kiat dilakukan demi mendapat dukungan dari konstituen. Seperti penyebaran tim sukses ke berbagai tempat di mana utusannya mencalonkan diri. Contohnya di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Nilai jual dagangan yang ditawarkan masih rendah. Kalah populer dengan calon lain yang telah lama malang melintang di dunia perpolitikan tanah air. Calon lain sudah dikenal masyarakat sebelum mereka mencalonkan diri, sedangkan jagoan Dul Kemit baru muncul saat pileg saja.
Terang saja mereka tak dapat suara di tiap TPS kecuali anggota tim sukses, relawan, yang bertugas di TPS tersebut. Materi jualannya tidak ada yang menyambut karena tidak kenal. Seperti dalam pepatah, tak kenal maka tak sayang. Tak kenal maka tak milih.
Walhasil, tak seorang pun calon Dul Kemit yang berhasil atau lolos duduk di parlemen. Semuanya kandas, bagai lele di waduk asat, kolet-kolet, kejet-kejet, kehabisan nafas. Modal habis, meratapi kegagalan, tinggal menangis.
Dari kisah jagoan Dul Kemit yang gagal menyebutkan bahwa mereka tidak mendapat perthatian Dul Kemit sama sekali. Ia hanya memerintah saja. Karena ketaatan, maka mereka pun mau saja walau hatinya tidak sreg. Dengan berat hati mereka pun menuruti instruksi.
Mereka harus memutar otak sendiri bagaimana mendanai kegiatan sosialisasi untuk dirinya. Tak ada fasilitas dari yayasan. Sementara dua anaknya mendapat perhatian khusus. Semua kekuatan dikerahkan untuk mendukung dan membiayai mereka berdua.
Namun, rupanya Dul Kemit bukan pobia dengan kegagalan. Keok dalam pencalonan anggota legislatif sebelumnya tak membuat ia kapok atau jera. Justru seolah hal tersebut memicu dan memacu adrenalinnya.
***
Bagi Dul Kemit, “Kegagalan adah kesuksesan yang tertunda”, sebagaimana umumnya kata-kata bijak motivatif yang disampaikan oleh motivator. Atau seperti kata Arif Yosodipuro, penulis buku motivasi berjudul “THE MIRACLE WAYS OF SUCCESS” – “Berani sukes harus berani gagal. Berani sukses harus berani menanggung risiko.”
Berbekal spirit tersebut, Dul Kemit tak kan pernah menyerah dalam mewujudkan ambisi sekalipun gagal berpuluh kali, beratus kali, atau bahkan beribu kali. Yang walau kadang hal itu terjadi secara berulang.
Karena itu, kali ini ia kembali mengutus jagoan-jagoan kerdilnya untuk ikut berebut kursi elit. Tak tanggung-tanggung. Tiga orang anaknya sekaligus. Bahkan anak ragilnya yang kala sekolah jarang masuk dan alasan sakit kalau ada tugas pun disuruh mencalon.
Untuk menutupi biar tidak mencolok tiga orang anaknya mencalonkan diri, ia suruh beberapa kacung setianya ikut “nyalon.” Meskipun mereka keberatan, Dul Kemit memaksa dan bahkan mengancam. Pilih mana mencalonkan atau berhenti jadi koordinator donatur.
Tentu saja bagai makan buah simala kama. Maka, mau tidak mau mereka pun menerima perintah tersebut dengan ribuan kekhawatiran dan kegamangan. Namun, bagi Dul Kemit ini kesempatan terbaik untuk meraup uang, khususnya untuk membiayai ketiga anaknya.
Ada dua langkah yang ia tempuh. Pertama, membuat buku tentang pesantren. Dan kedua, menggenjot donatur bammas untuk memberikan donasi sebanyak-banyaknya.
Buku tentang pesantren ini dikemas sedemikian rupa, semenarik mungkin. Kemudian sebelum selesai penulisannya, Dul Kemit sudah mempropagandakan dengan orasi yang menghipnosis. Keluarlah instruksi semua civitas pesantren, donatur dan keluarganya wajib beli.
Gampang kan?
Selain untuk mendapatkan dana, penulisan buku tentang pesantren ini implisitnya adalah untuk mengaburkan fakta sejarah pesantren. Orang-orang yang ada kaitannya dengan pendirian pesantren secara halus diputus.
Kemudian dimunculkanlah image bahwa yang membangun pesantren itu adalah Dul Kemit dan keluarganya. Sampai-sampai ada dua orang sesepuh yang ikut perjalanan dari awal berdirinya pesantren sekarang dikandangkan. Tak diberi jabatan dan tugas apa-apa.
Licik bukan…?
Sumber dana selanjutnya, selain dari penjualan buku, adalah dari donatur terstruktur, bammaser. Para bammaser dipecut dan dilecut untuk menyetor dana sebanyak-banyaknya.
Sampai-sampai dengan dalih membayar biaya kekalahan dalam sidang PHI & memenuhi tuntutan guru-guru yang ia pecat dengan sewenang-wenang, ia menargetkan kepada bammaser harus menyetorkan dana 20 miliar.
Sebagian dana tersebut memang untuk membayar pesangon guru-guru dan selebihnya untuk modal pencalonan legisltatif ketiga anaknya.
Hebat bukan….?
Dul Kemit yang cerdas, atau bammaser yang mau dibodohi…?

Sumber : Klik di sini

DUL KEMIT THE SERIES 71

DUL KEMIT THE SERIES 71
Makelar Doa untuk Surga



Bola kekalahan Dul Kemit dalam sidang PHI terus menggelinding walau benteng buton menghadang, sekalipun tembok china membentang, biarpun tirai besi digelar. Tak terbendung. Arus mengalir dari hulu ke hilir.
Dunia informasi membedah belenggu ketaqlidan pengikut setia Dul Kemit. Berkat informasi yang terkuak dan fakta yang disajikan guru dalam persidangan dapat membuka mata para taqlider. Mereka banyak yang sadar. Tak lagi mau dikibuli, dibohongi, di-PHP-i, dicekoki doktrin hipnosif.
Berita kemenangan guru bagaikan suplemen pembangkit nyali, bagaikan vitamin penumbuh motivasi, bagaikan injeksi embrio lelaki, dan bagaikan nutrisi pembangun sel pemberani. Mereka yang didhalimi Dul Kemit bangkit dan punya nyali untuk meminta pertanggungjawaban.
Akar rumput donatur pun sadar bahwa selama ini hanyalah dijadikan ATM hidup oleh Dul Kemit. Mereka saling berkordinasi untuk melawan, untuk memberantas kedhaliman, khususnya yang dilakukan Dul Kemit.
Selama ini tidak ada transparansi pemakaian dana dari para donatur. TAK ADA PERTANGGUNGJAWABAN.
Penghamburan dana dalam jumlah yang besar, pengumpulan dana dari sekian tahun, yang bisa jadi mencapai triliun, sunyi senyap dari informasi penggunaannya. Seolah itu uang sendiri yang tak perlu melaporkan pembelanjaannya kepada yang memberi, minimal kepada internal pengurus pesantren.
Mereka berencana untuk meminta pertanggungjawaban Dul Kemit atas dana yang mereka berikan. Berita akan bergeraknya donatur begitu santer. Gejolak yang terjadi sampai ke akar rumput pendukung Dul Kemit itu terendus oleh kacung-kacung setianya.
Mereka kemudian melaporkan info yang mereka peroleh kepada Dul Kemit, junjungan tertingginya. Mendapat laporan yang tak mengenakkan, Dul Kemit gerah dan geregetan. Ia lantas memutar otak, mecari strategi bagaimana mencegah dan menghindari tuntutan mereka. Wa bil khusus terhindar dari tuntutan hukum.
Soal beginian, akal-akalan, Dul Kemit masternya. Pikir punya pikir keluarlah ide kreatif liciknya, yakni MAKELAR DOA. Ya…., MAKELAR DOA. apa itu makelar doa?
***
Biar Dul Kemit tampak sebagai pimpinan yang bijak, ia memberikan keleluasaan donatur pendukungnya untuk membuat yayasan abal-abal dan mengelolanya sendiri. Sebelumnya tidak ada. Berapa yang mereka terima dan sebesar itu pula yang mereka setor kepada Dul Kemit.
Kebanyakan yayasan mereka bergerak di bidang sosial, khususnya santunan anak yatim. Anak yatim menjadi komoditi niaga. Bahan baku, raw material, ini kemudian dikemas sedemikian rupa untuk ditawarkan dan merogoh belas kasih hartawan dan dermawan.
Melalui yayasan abal-abal ini, para donatur menyebarkan proposal bantuan dana kepada para dermawan yang budiman. Selain proposal, mereka juga menyuruh anggotanya untuk mengotak dan mengaleng di tempat-tempat umum yang strategis, seperti pom bensin, super market, stasiun, dll.
Dana yang masuk kemudian dibagi tiga. Sebagian untuk pengotak atau pun pembawa proposal, sebagian untuk yayasan, dan sebagian lagi disetor kepada Dul Kemit. Dengan terkuaknya kecurangan Dul Kemit yang tak pernah mempertanggungjawabkan dana, muncullah rumor donatur akan demo.
Nah di sinilah Dul Kemit menerapkan kreatif liciknya. Biar terhindar dari delik hukum dan pemberi donasi tidak menuntut dan minta pertanggungjawaban, Dul Kemit mengemas DOA UNTUK PENDERMA.
Para penjaja donasi dari koordinator donatur tidak lagi sekadar menerima uang lantas pulang, tetapi mereka mendoakan kepada pemberi donasi. Mereka menawarkan kepada pemberi donasi apa dan siapa yang perlu didoakan.
Misalnya pak Wahyu menyumbang, katakanlah Rp500.000,- maka mereka, si penerima sumbangan (petugas dari yayasan binaan Dul Kemit) tersebut minta kepada pak Wahyu untuk menyertakan nama-nama keluarganya lengkap dengan keinginan yang belum tercapai.
Jika hari itu keluarga si pemberi donasi ada yang sedang sakit, maka permintaannya; atas nama fulan agar disembuhkan. Jika anaknya ada yang sedang ujian nasional atas nama fulan, maka minta dimudahkan dalam belajarnya...dan seterusnya. Termasuk ingin masuk surga.
Jadi angka 500.000 dibanding dengan hajat yang diminta oleh pemberi donasi dianggap tidak ada artinya atau impas. Karena itu kalau ditanya untuk apa uang donasi ….? Jawabnya, untuk doa bapak agar saudara yang sakit lekas sembuh, anak yang sedang ujian dimudahkan belajar.
Selesailah urusan.
Hal ini tak ubahnya seperti tukang doa di tempat-tempat ziarah publik di negeri ini. Sepertinya, Dul Kemit belajar dari tempat-tempat ziarah yang ia kunjungi dalam pengelanaan spiritualnya sejak tahun 90-an.
Di tempat ziarah tersebut, orang yang mempunyai hajat atau keinginan minta didoakan, biasanya kepada penjaga atau juru kunci. Setelah itu ia memberi imbalan uang sebagai mahar atau uang doa.
Inilah pola baru, MAKELAR DOA, yang diterapkan Dul Kemit untuk menghindari tuntutan umat terhadap pertanggungjawaban dana yang masuk kepadanya.

Sumber : Klik di sini

DUL KEMIT THE SERIES 70

DUL KEMIT THE SERIES 70
Walau Kalah, Dul Kemit Tetap Pongah



Kemenangan guru dalam sidang PHI melawan pesantren pimpinan Dul Kemit menjadi fenomena baru.
Awalnya, Dul Kemit berkoar di berbagai pertemuan yang isinya menantang. Dengan sombongnya dia bilang guru-guru tidak bakalan bisa melawannya. “KYAI DILAWAN…” katanya sambil membusungkan dada.
Bahkan kacung setianya, sang sengkuni pesantren, meneruskan koaran sang majikan kepada civitas. Tak kalah dengan sang bos, dengan bangga dia mengatakan bahwa paling-paling guru hanya bisa bertahan enam bulan. Dan, setelah itu mereka akan merengek dan mengemis minta diterima kembali.
Ternyata Allah berkehendak lain. Dzat Al ‘Alim, Al ‘Adlu, Dzat yang tidak ngantuk dan tidak tidur, melindungi hambanya yang didhalimi. Koaran Dul Kemit dan kacungnya terbantah, tumbang. Guru-guru menang dalam sidang perselisihan hubungan industrial. Gugatan perkaranya dikabulkan oleh majelis hakim.
“Pihak tergugat dinyatakan sebagai pihak yang kalah dalam perkara ini dan dihukum dengan membayar pesangon dan membayar biaya perkara.” Demikian di antara bunyi keputusan sidang yang dibacakan oleh hakim.
Dengan memenangi gugatan pokok perkara, guru-guru (sebagai penggugat) mempunyai kekuatan hukum sebagai tenaga professional di bidang pendidikan sesuai dengan UU Pendidikan Tentang Guru Dan Dosen. Dan, kemenangan kasus ini akan menjadi yurisprudensi dalam kasus yang sama.
Rupanya ini yang tidak diinginkan oleh Dul Kemit. Ia khawatir kalau kekalahannya itu diketahui oleh pengikut setianya sampai ke akar rumput. Sangat dimungkinkan, kalau mereka tahu ia akan kehilangan kepercayaan.
Mereka, pengikut setia, otomatis akan menjauhi dan meninggalkannya. Ini sangat menakutkan Dul Kemit. Ini menjadi momok baginya. Karena itu dengan sekuat tenaga, daya, dan upaya ia berusaha menutupi kekalahan tersebut.
Dengan pongah Dul Kemit menghembuskan isu bahwa dia menang dan guru-guru kalah dalam sidang PHI. Corong-corongnya langsung merelay kebohongan itu ke seluruh taqlider. Kuasa hukum, koordinator donatur, facebooker setianya, semuanya pasang status kemenangan.
***
Isu yang dihembuskan Dul Kemit jitu. Pengikut dan pendukung setia Dul Kemit menelan mentah-mentah. Mereka percaya bahwa Dul Kemit menang dan guru-guru kalah. Taqlider sampai ke akar rumput sangat yakin dengan berita bohong tersebut.
Tak pelak, isu itu menjadi topik panas pengguna medsos. Saling update status mewarnai perang maya yang berkecamuk. Seperti status berikut.
“Mereka tidak mau mengakui kekalahan. Maklum, otaknya disetor ke rektor abal-abal…” tulis seorang facebooker pendukung guru.
Pendukung setia Dul Kemit tak terima dan dengan berani menulis komen nyinyirnya. “Pungguk merindukan bulan. Menang angan. Gugatan pesangon ditolak, gugatan ambil alih yayasan ditolak, gugatan belasan miliar ditolak. Hanya menang bayar biaya sidang… hadeuh.”
Sampai-sampai ketika guru-guru mengadakan acara syukuran atas kemenangan gugatan perkara melawan Dul Kemit pun menjadi pergunjingan sesama pengikut setianya.
“Bu, itu kemarin acara apaan sih?” tanya seorang pengikut Dul Kemit kepada istri seorang karyawan.
“Syukuran kemenangan.” Jawab istri karyawan datar, tak berekspresi.
“Memang menang?” Sahut taqlider tak percaya. “Wong kalah aja ngaku-ngaku menang.” Lanjutnya serius sambil memainkan kedua bibirnya dan memercingkan mata.
Berita hoax yang dihembuskan Dul Kemit membuat hasil PHI menjadi simpang siur. Dan yang paling santer adalah berita bahwa Dul Kemit menang lebih dicerna oleh civitas akademika pesantren dan taqlider dari pada berita yang sesungguhnya. Termasuk warga sekitar.
Penasaran terhadapan acara syukuran, seorang warga bertanya kepada seorang ustadzah dari penggugat.
“Bu, memang kemarin acara apa?” tanyanya sambil membungkus nasi pesanan ustadzah.
“Acara syukuran kemenangan,” kata ustadzah berdiri menunggu sambil memperhatikan ibu penjual nasi.
“Lho kok menang….? Katanya kalah….?” kata penjual nasi kaget, penuh tanya.
“Bisa aja tuh si Kemit bohongin pengikutnya. Masa kalau si Kemit menang harus bayar pesangon dan denda?” Gumam ustadzah dalam hati sambil menyerahkan uang lalu pamit.
Begitulah Dul Kemit walau divonis kalah oleh majlis hakim masih tetap pongah tidak mau mengakui dan membuat isu bohong yang diterima oleh pengikut setianya.
***

Sumber : Klik di sini

DUL KEMIT THE SERIES 69

DUL KEMIT THE SERIES 69
Politik Burung Emprit



Mempunyai masa pendukung yang cukup banyak membuat Dul Kemit menjadi incaran partai politik. Hampir setiap musim pesta politik, ia kedatangan punggawa partai yang ingin meminangnya, meminta dukungan suara. Tentunya tidak gratis. Ada deal-deal khusus di antara keduanya.
Karena mempunyai daya tawar, bargaining power, maka Dul Kemit tak segan-segan pindah ke partai lain bila partai tersebut tidak sesuai lagi dengan kepentingannya. Baginya tak ada yang abadi dalam berpolitik, yang ada hanyalah kepentingan. Ini yang sering diucapkan kepada para pendukung dan pengagumnya.
Sebab itu dalam menjalin hubungan ASPOL, ASMARA POLITIK, Dul Kemit selalu berpindah-pindah partai, seperti BURUNG EMPRIT, atau klisenya kutu loncat.
Angin berlalu di kaki bukit.
Banyak siput di atas perahu
Pengin tahu politik Dul Kemit.
Berikut kang Encep kasih tahu.
Tahu kan burung emprit? Itu…, burung kecil yang suka makan padi di sawah. Orang sunda bilang burung piit. Bahasa Indonesianya pipit. Burung mini ini biasanya selalu koloni dalam mencari makan. Mereka termasuk hama padi yang tidak disukai oleh petani. Diusir sana pindah sini. Diusir sini pindah sana. Habis sini, pindah sana. Habis sana, pindah sini.
BegituIah branding politik Dul Kemit. POLITIK BURUNG EMPRIT.
Dulu zaman jayanya partai kuning, Dul Kemit hinggap ke partai tersebut. Bersama warganya, ia mampu mengontribusi suara yang signifikan. Tak heran kalau hal ini menambah intim dalam bermitra.
Menjelang pemilihan legislatif, penggede partai bermaksud meminang kader yang memang sudah terlibat aktif dalam kegiatan partai, istri seorang eksponen, untuk diusung sebagai calon legislatif. Datanglah penggede itu ke pesantren menemui Dul Kemit untuk minta izin.
“Pak kyai,” kata penggede partai hendak menyampaikan maksud kedatangannya setelah berbasa-basi. “Kami ingin ada kader dari pesantren kyai bisa berkontribusi sebagai caleg.”
Saking serakahnya, belum sempat ketua partai menyebut siapa nama yang hendak dipinang, Dul kemit langsung memotong pembicaraan seraya berkata, “Saya kasih kader yang lebih bagus.” Dia menyodorkan putrinya yang ia anggap sebagai kader yang bagus.
Padahal ia masih amatir dan bayi dalam berpolitik. Lumayan, dari serobotannya itu ia berhasil melobi penggede partai sehingga bukan istri eksponen yang diusung tetapi anaknya yang maju dalam pileg (Pemilihan Legislatif). Sehingga sang putri menjadi anggota dewan kabupaten.
Hubungan mesra dengan partai ini tak langgeng. Ia pun mencerai partai yang menghantarkan anaknya duduk di kursi legeslatif itu. Kemudian ia menjajal menjalin aspol dengan partai biru berlambang mercy. Namun baru PDKT, sang ketua keburu tersandung masalah hukum.
Dul Kemit pindah hinggap. Ia merajut aspol dengan partai oranye yang dipimpin oleh mantan senopati ngalaga. Demi mendapatkan prestise dan pujian dari sang partner, ia nekad melakukan kecurangan dengan menggelembungkan suara. Namun kecurangannya terendus oleh panpilu, panitia pemilihan umum, dan hasilnya dianulir.
Tak berhenti di situ. Jalinan aspol berikutnya dilengketkan kepada partai baru berlambang manuk. Bagaikan nemu harta qarun dalam jalinan aspol kali ini. Dul kemit diberi jatah kursi legislatif yang cukup menggiurkan. BUAAAANYAAK. Di seluruh bagian pulau jawa; timur, tengah, dan barat ada. Akan tetapi target suara tak terpenuhi. Calegnya galmua, gagal semua.
Kegagalan kali ini disusul oleh isu panas menerpa pesantren Dul Kemit. Dikabarkan kalau pesantrennya terkait dengan ajaran sesat dan tindakan makar. Isunya santer, hampir-hampir ia terjungkal.
Sebagaimana tabiat emprit, Dul Kemit pun hengkang ke partai lain. Ia mencari perlindungan, merapat kepada birokrat yang juga ketua umum partai hijau berlambang bangunan historis.
Benar juga. Pendekatannya manjur. Sang petinggi partai bersedia menjadi tameng dan bamper. Ia mengeluarkan statement bahwa pesantren Dul Kemit tidak sesat dan tidak ada yang perlu dicurigai. Selain itu, anaknya pun mendapat jatah nyaleg tetapi gagal maning.
Persis burung emprit. Kemesraannya dengan partai hijau pun hanya semusim. Musim berikutnya Dul Kemit hinggap ke partai merah dalam pilbub di daerahnya. Tujuan terselubungnya adalah kalau calon dukungannya jadi, ia akan bikin deal pembagian wilayah. Ia akan mengusulkan pemekaran dan mengusung pangerannya menjadi petinggi daerah yang baru itu.
Rupanya Allah tidak ridho. Calon penguasa dari partai merah yang ia dukung itu kandas, asor ing ngalaga. KEOK. Entah ini kebetulan atau qadha Allah, setiap tokoh partai yang menjalin aspol dengan Dul Kemit berakhir TRAGIS dan selalu KALAH.
Putus hubungan dengan nyamuk…. Maksudnya, putus humes, hubungan mesra, dengan partai merah, belakangan ada selentingan Dul Kemit main mata dengan partai biru berlambang sinar. Isu itu hilang dari pergunjingan politik.
Dan sekarang yang sedang santer, Dul Kemit merajut kembali aspolnya dengan partai biru berlambang mercy. Benar tidaknya isu ini, wait and see aja. Kita tunggu perkembangannya.
“Jadi, Dul Kemit pindah dari partai satu ke partai lain ya Kang?” Celetuk kang Ujang heran. “Bisa-bisa ia akan hinggap ke semua partai, menjajal satu per satu.”
“Iya kali, Kang,” sahut kang Encep. “Begitulah model POLITIK BURUNG EMPRIT, HINGGAP SANA HINGGAP SINI mencari untung sendiri.”

Sumber : Klik di sini

DUL KEMIT THE SERIES 68

DUL KEMIT THE SERIES 68
Merasa Kalah, Dul Kemit Marah-marah


Persidangan PHI antara guru-guru melawan pesantren Dul Kemit menjelang akhir. Tinggal dua sidang lagi. Yaitu penyampaikan kesimpulan dan pembacaan keputusan.
Saksi dari kedua pihak sudah didengar. Mereka telah memberikan keterangan di persidangan. Data dan fakta persidangan telah didengar oleh hakim dan dicatat oleh panitera. Kini giliran para kuasa hukum untuk menyusun kesimpulan.
Kuasa hukum guru dari LBH langsung tancap gas, berjibaku menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Tak peduli harus bergadang yang penting kesimpulan bisa terselesaikan. Mereka tak menemui kendala yang berarti.
Usai persidangan, mereka bagi tugas. Siapa bertugas menyusun bukti tertulis, siapa menulis transkrip persidangan, siapa menyusun draft kesimpulan. Para pembela keadilan ini cukup trengginas. Mereka dinamis dan energik.
Masing-masing melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi dan pengorbanan tanpa lelah. Setelah tugas masing-masing selesai, mereka berkumpul bermusyawarah menyatukan pendapat dan merevisi yang perlu direvisi.
Karena semua bukti lengkap, kuat, dan akurat, maka penyusunan kesimpulan berjalan lancar bagai jalan tol yang lengang.
***
Sebaliknya, berbeda dengan kuasa hukum Dul Kemit. Mereka kesulitan untuk menyusun kesimpulan karena bukti yang disajikan tidak lengkap, tidak kuat, dan cenderung blunder.
Saksi yang dihadirkan pun terindikasi bohong dan settingan.
Mereka memberi keterangan yang berlawanan dengan fakta dan realita. Seperti ada saksi yang ditanya oleh kuasa hukum adakah pengusiran. Saksi menjawab tidak ada. Padahal dialah pemimpin pengusiran.
Saksi bersama 6 orang anggotanya mendatangi seorang ustadzah dan mengusirnya dengan bahasa deplomatif. “Ustadah, saya ditugaskan pimpinan agar mengawal ustadzah menghabiskan masa cuti di luar.”
Selanjutnya ada saksi yang dengan percaya dirinya bahwa Dul Kemit tidak menyebut guru ketika mengatakan BEDHES GENDENG. Memang kalimat simpelnya tidak menyebut guru, “otaknya diisi bedhes gendeng”. Namun, dilihat dari kalimat komplek, jelas mengait dengan subjek sebelumnya.
Dan yang bikin tutup mulut, setelah kuasa hukum memutar ulang video pidato Dul Kemit, dengan jelas dan gambling menyebut guru. “Guru-guru di pesantren ini banyak yang … dst.“
Yang lebih dahsat lagi adalah para saksi dengan membusungkan dada mengatakan bahwa mereka relawan dan tidak menerima honor. Agar tidak kena dilik, mereka bilang menerima santunan. Namun, apa yang terjadi?
***
Lagi-lagi Dul Kemit dibikin pening tujuh keliling dan cep klakep, membisu kaku sambil memejamkan mata. Begitu video diputar, Dul Kemit dengan suara lantang mengatakan, “Untuk HONOR GURU… DIBERI HONOR…DIBERI HONOR.”
“Bukan untuk santunan relawan ya Kang? He he he he…” komen kang Ujang menyela.
Akibatnya kuasa hukum Dul Kemit sulit membuat kalimat penyangkalan. Bagaimana….? Semua yang dikatakan para saksi terbantah sendiri oleh ucapan Dul Kemit dalam video. Bagai menginjak galah berjungkit menampol tubuh sendiri.
“Apa itu Kang?”
“Ah, sama dengan menepuk air di dulang….” sahut kang Encep. “Biar kekinian. Kalau menepuk air di dulang kan masa Siti Nurbaya. He he he.”
Tak sigapnya kuasa hukum menyusun kesimpulan membuat Dul Kemit gundah dan gerah. Hatinya tak tenang, was-was, khawatir, bahkan ketakutan. Konflik emosi yang tak terkendali mengklimaks.
Merasa bersalah dan kalah, Dul Kemit bawaannya marah melulu. Serba salah. Kuasa hukum diomeli habis, entek ngamek kurang golek (habis ambil, kurang mencari). Orang sekitarnya kena damprat semua. Matanya memerah dan melotot. Tak ada senyum. Wajahnya tegang.
“O.. gitu ya Kang?” Celetuk kang Ujang menghela nafas.
“Iya, Kang,” sambung kang Encep, “Habis semua argumennya terbantah oleh perkataannya sendiri. Hakim saja paham. Insya Allah hakim akan berpihak pada keadilan.”
“Aamiin, Kang,” kata kang Ujang seraya mendoa kepada Allah. "Semoga guru-guru menang. Insya Allah."

Sumber : Klik di sini